Minggu, 21 April 2013

MEMAHAMI KONSEP HEGEMONI

Kelompok VIII

Memahami konsep hegemoni
A.    Pengertian Hegemoni
            Kata hegeisthai (Yunani) merupakan akar kata dari hegemoni, yang mempunyai pengertian memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasan yang lain. Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani Kuno, ‘eugemonia’. Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa disini memiliki arti luas, tidak hanya terbatas pada penguasa negara (pemerintah) saja. Hegemoni dapat didefinisikan sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).
            Konsep hegemoni dipopulerkan oleh ahli filsafat politik terkemuka Italia, Antonio Gramsci. Dia membangun suatu teori yang menekankan bagaimana penerimaan kelompok dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindak kekerasan. Media dapat menjadi sarana dimana satu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Proses marjnalisasi wacana ini berlangsung secara wajar, khalayak tidak merasa dimanipulasi oleh media.


B.     Bentuk Hegemoni
Menurut Rene Descartes ada dua bentuk hegemoni, antaralain.
1.      Modernitas
      Modernitas memang ditakdirkan lahir sebagai penakluk. Semangat kelahirannya adalah semangat pemberontakan, pemberontakan terhadap kekuasaan alam dan hegemoni agama. Dengan teknologi sebagai tulang punggung modernitas, alam pun meleleh dari keagungan misteriusnya selama berabad-abad. Alam bisa ‘ditelanjangi’ penemuan demi penemuan ilmiah yang secara gencar terus dilakukan. Manusia Eropa pun mulai menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Modernitas bukan hanya alat-alat teknis, tetapi juga nilai-nilai. Pada level subyek, ia menawarkan otonomi personal.
                  Contoh  hegemoni modernitas yaitu ketika seorang anak dengan usia 7-8 tahun main internet atau pergi ke warnet pada masa sekarang dianggap wajar dan dibiarkan sesukanya untuk mengakses internet. Alasan yang diketahui kebanyakan orangtua adalah bahwa anak mereka menggunakan media internet sebagai sumber belajar yang baru. Padahal di internet banyak hal yang seharusnya tidak anak usia 7-8 tahun ketahui. Memang anak-anak tersebut tidak sengaja mencari hal-hal yang diluar pengetahuan mereka, akan tetapi hal-hal tersebutlah yang menampakkan diri mereka di internet. Sehingga menarik perhatian anak-anak ini untuk membuka dan mengetahui apa sesungguhnya hal tersebut. Nah, pada contoh ini orangtua telah terhegemoni terhadap teknologi baru yang canggih. Tanpa mereka sadari bahwa ada hal-hal lain yang dapat diakibatkan oleh bebasnya anak-anak mereka mengakses internet. Mereka hanya mengetahui bahwa internet bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

2.      Tradisi
      Tradisi sebagai penjaga gawang nilai dan gaya hidup komunitas target tidak terima dengan gaya sapu bersih ini. Dengan segala kekuatan, tradisi bangkit melancarkan perlawanan. Benturanpun tak terelakkan. Pertarungan terjadi di setiap jengkal kehidupan. Tradisi tidak rela alam yang memabukkan dengan indah panorama pegunungan, desir angin yang musikal, deburan ombak yang penuh inspirasi, hendak dirubah modernitas menjadi kalkulasi berapa kekayaan tambang yang bisa dikeruk, berapa energi listrik yang bisa diolah, berapa ton ikan yang bisa ditangkap. Tradisi tidak mau, agama digantikan oleh musik atau sepakbola.
      Contoh hegemoni tradisi yaitu adanya pihak-pihak yang menentang akan bebasnya menggunakan pakaian yang hanya menutupi bagian dada sampai perut. Pihak-pihak yang memiliki hegemoni tradisi, mereka akan menyampaikan bahwa berpakaian yang hanya menutupi bagian dada sampai perut itu tidak sopan, menentang syariat ajaran agama, mudah sakit karena masuk angin, dan merendahkan diri sendiri. Mereka akan mengatakan apalah artinya mengikuti trend kalau nyatanya kita harus meninggalkan ajaran syariat agama kita. Jadi, hegemoni tradisi akan mempertahankan budaya dan nilai-nilai yang mereka percayai tanpa harus mengikuti kemajuan jaman yang jauh dari budaya dan nilai-nilai yang telah mereka anut.

C.    Fungsi Hegemoni
1.      Menggerakkan negara-negara lain yang power-nya lebih kecil untuk dijadikan alat dalam mencapai kepentingaan negara-negara yang lebih kuat.
2.      Mendominasikan suatu ideologi tanpa ada perlawanan dan tanpa disadari.

D.    Keterkaitan Hegemoni dan Bahasa
            “Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskandalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.”

            Berdasarkan pemikiran Gramsci ini dapat dijelaakan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi oleh kelompok penguasa tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang wajar.       Bahasa sebagai alat komunikasi, sering digunakan sebagai alat untuk melakukan penghegemonian bukan dengan tindak kekerasan. Melalui suatu wacana, bahasa diolah untuk menekankan kesadaran moral, dimana seseorang disadarkan lebih dulu akan tujuan hegemoni itu. Setelah seseorang sadar, ia tidak akan merasa dihegemoni lagi melainkan dengan sadar melakukan hal tersebut dengan suka rela.
            Bahasa juga menjadi unsur dramatisasi dalam pemberitaan, agar pihak dominan atau ideologi yang disampaikan dapat diterima tanpa disadari. Menutut John Piske, kerja ideologi selalu mendukung kelompok yang mempunyai kekuatan        lebih besar menyebarkan gagasan dan pesannya.
            Berikut penggambaran proses hegemoni bekerja menggunakan bahasa dalam sebuah wacana. Pihak yang dominan (penguasa) membuat suatu wacana yang menganggap bahwa pihak yang dominan ini benar sementara wacana lain dianggap salah. Di sini media secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana suatu wacana yang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi kesepakatan bersama. Sementara wacana lain dipandang sebagai menyimpang.  Misalnya pemberitaan mengenai demonstrasi buruh, wacana yang dikembangkan seringkali perlunya pihak buruh musyawarah dan bekerja sama dengan pihak perusahaan tanpa perlu melakukan aksi anarkis yang mengakibatkan kerusakan. Dominasi wacana seperti ini menyebabkan masyarakat berpikiran bahwa pihak buruh selalu dipandang tidak benar. Padahal sebenarnya para buruh melakukan aksi demonstrasi sekedar untuk menagih hak-hak mereka saja. Namun karena adanya hegemoni  maka pihak penguasa (perusahaan) yang lebih dominan dan seakan-akan benar.
            Dalam bahasa Sruart Hall, proses hegemoni itu sendiri bahkan menjadi ritual yang sering kali tidak disadari oleh wartawan sendiri. Sebut misalnya kecenderungan media untuk lebih mewawancarai pengusaha daripada buruh. Suara pengusaha atau pejabat lebih mempunyai nilai berita atau name make news sehingga ketika wartawan lebih mewawancarai pengusaha tidak ada yang aneh, bahkan itu suatu kewajara, hal yang benar. Bahkan sesuai dengan nilai-nilai jurnalistik yang diajarkan kepada wartawan. Para buruh atau pelaku demonstrasi tidak perlu diwawancarai, karena mereka dianggap tidak layak berita.
            Di Indonesia sendiri pada masa Orde Baru, media massa mendapat kontrol yang begitu ketat dari penguasa dan menjadi corong untuk melanggengkan kekuasaannya dengan melakukan Hegemoni. Seperti pemutaran secara berkala Film peristiwa G 30 S/PKI yang penuh rekayasa dan pembelokan sejarah dan sampai saat ini masih menyisakan pengaruh bagi sebagian masyarakat di Indonesia sehingga sampai sekarang kita mengenal ada organisasi yang menamakan dirinya front anti komunis yang dibentuk secara sukarela oleh masyarakat itu sendiri.
            Ketika memasuki Era reformasi di mana media massa menikmati kebebasannya dan tidak lagi menjadi corong bagi penguasa, akan tetapi tidak berarti dengan serta merta media massa, terutama Televisi, bebas dari kontrol pihak tertentu ibarat keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa begitulah kira-kira penggambaran dari kondisi media massa saat ini. Meski tidak lagi menjadi corong penguasa akan tetapi media massa tidak pernah lepas dari intervensi sang pemilik modal yang dikuasai oleh segelintir orang yang notaben memiliki beragam kepentingan taruhlah seperti kepentingan ekonomi, politik dan ideologi tertentu.
            Contoh hegemoni dibidang ekonomi, pesatnya pertumbuhan mall di tiap kota-kota besar, adanya tempat makan fastfood/waralaba, dan maraknya supermaket. Masyarakat sudah terbiasa dengan tiga hal yang kami sebutkan sebelumnya. Dengan alasan modernisasi dan gaya hidup praktis mereka memilih berbelanja di mall, fastfood/waralaba, dan supermaket . Dibandingkan berbelanja dipasar atau warung-warung makan biasa. Tanpa mereka sadari berbelanja di mall, fastfood/waralaba, dan supermaket sangatlah tidak menguntungkan yang pertama dari segi biaya lebih mahal karena pihak mall atau fastfood atau supermaket memerluka biaya lebih besar, yaitu biaya pajak, gajih karyawan yang banyak, dan sewa tempat yang mahal. Memang benar berbelanja di tiga tempat itu praktis dan simpel, namun khususnya fastfood dari segi kesehatan tidak sehat. Namun, karena kita sudah terhegemoni kita tidak merasakan hal-hal tersebut. Bukankah kita tidak pernah menawar pada harga label yang diterakan oleh pihak mall, fasfood, atau waralaba?. Sedangkan ketika sesekali kita ke pasar, kita menawar semurah-murahnya harga yang para pedagang tawarkan. Kita sudah kehilangan nilai-nilai mencintai produk dalam negeri, kita lebih menyukai produk luar, Disinilah hegemoni bekerja merubah pola pikir kita tanpa kita sadari.
            Contoh hegemoni di bidang politik, dapat kita lihat dari media televisi. Hegemoni melalui media televisi di Indonesia pernah dipraktikan semasa pemerintahan orde baru. Oleh pemerintah, media massa dijadikan sebagai alat propaganda dan pencitraan pemerintah. Sebelum tahun 1990-an, televisi di Indonesia hanya ada satu, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang dikelola oleh pemerintah. Seluruh pemberitaan yang ada diawasi oleh pemerintah. Tak ada kritik atau pemberitaan yang menyudutkan pemerintah saat itu. Semua dianggap baik-baik saja demi itikat untuk menjaga stabilitas dan keamanan nasional. Sebaliknya, untuk media swasta, seperti koran dan majalah, memerlukan izin yang amat ketat untuk dapat terbit di Indonesia. Tiap ada media yang isi pemberitaannya dianggap  membahayakan posisi pemerintah, segera media itu akan dibredel, dan pemimpin atau pengurusnya terancam dijebloskan ke penjara. Oleh karena itu, meski media swasta, saat itu mayoritas media massa hanya memberitakan hal-hal yang disetujui saja oleh pemerintah.
            Dari sini, terlihat bagaimana media massa benar-benar dimanfaatkan sebagai alat hegemoni politik yang sedang berkuasa. Dengan isi pemberitaan yang diawasi ketat, masyarakat dibuat percaya bahwa keadaan di Indonesia adalah benar-benar stabil. Tak ada korupsi, penyelewengan, atau hal-hal yang mendiskreditkan pemerintah. Pemerintah, khususnya eksekutif, benar-benar memiliki posisi yang kuat. Sehingga di era reformasi ini, masih kerap ditemui ada masyarakat yang selalu beranggapan bahwa masa orde baru itu lebih baik dari era reformasi. Harga-harga murah, keamanan terjamin, dan sebagainya. Tak lain, konsepsi yang tertanam di mayoritas masyarakat ini adalah hasil dari hegemoni media televisi yang berhasil dilancarkan eksekutif orde baru.
            Contoh hegemoni ideologi, sebenarnya dapat kita lihat pada pembahasan sebelumnya tentang ideologi. Namun kami akan memberikan dua contoh ideologi lagi, yang pertama ideologi liberalisme. Pada acara Selebrita In Action di Trans 7. Para pekerja acara Selebrita membuat sebuah video, yang berisikan penghegemonian ideologi liberalisme. Mereka menuliskan Cacian dan makian dari anda pesohor publik sambil menayangkan video beberapa artis yang menolak untuk diwawancara dengan atau tanpa kontak fisik. Menampakkan video betapa besar pejuangan mereka untuk mencari berita dari pagi hingga pagi lagi. Lalu diakhir rekaman mereka menuliskan Kami pembawa fakta bukan pembawa petaka. Nah, disini pihak wartawan atau penyampai berita mendominasi dengan membawa ideologi libaralisme atau kebebasan untuk mencari sebuah fakta. Sedangkan para artis yang menolak wawancara termarjinalkan. Pada rekaman ini pihak selebrita menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan benar, untuk mencari fakta (walaupun kenyataannya tidak selalu fakta yang mereka sampaikan), ini adalah kebebasan mereka untuk mencari berita. Tanpa menjelaskan apa yang menyebabkan para artis menolak wawancara, mungkin mereka lagi lelah habis syuting sampai pagi, mungkin mereka ingin privasi mereka tidak diumbar, atau mungkin mereka sedang pusing atas masalah mereka.
            Kedua ideologi feminisme, dapat kita lihat pada kasus perceraian Kiki Amalia dan Markus Horison. Pada pemberitaan perceraian ini lebih banyak Kiki Amalia yang bicara, dia menyatakan bahwa dia memang seorang istri yang seharusnya mengikuti dimana suami berada. Akan tetapi dia harus berjauhan karena keadaan sudah sangat mendesak, sudah enam bulan tidak ada pemasukkan ekonomi (Markus tidak digajih selama enam bulan), sehinga dia harus kembali ke entertainment dan menetap berjauhan dari suami di Jakarta. Bukannya Kiki membangkang pada suami tetapi keadaan yang mendesak, Kiki bekerja malahan untuk mempertahankan keutuhan keluarganya, untuk makan, dan biaya hidup keluarga kecilnya ini. Perceraian terjadi bukan karena mereka tinggal terpisah, tapi karena Markus sudah seringkali selingkiuh semenjak pernikahan umur dua bulan. Pada berita diatas Kiki Amalia mendominasi pemberitaan menggunakan ideologi feminisme yang membenarkan sewajarnya istri bekerja dan tinggal terpisah dari suami, karena alasan yang mendesak dan untuk mempertahankan kehidupan. Sedangka Markus Horison termarjinalkan dan dikatakan selingkuh dan asal mula terjadi perselingkuhan tidak dijelaskan. Padahal hubungan rumahtangga yang tidak satu atap, sangat mudah untuk dimasukki pihak-pihak lain. Namun, masyarakat menerimanya Markus yang salah, telah selingkuh, dan wajar Kiki menggugat cerai.
  

Sumber:
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS Printing Cemerlang .

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/04/17/hegemoni-2/,

http://www.dimasmuharam.com/perang-kepentingan-metro-tv-tv-one-96
















23 komentar:

  1. Rizky Setiawan
    NIM A1B110039

    Dulu saya kira proses hegemoni itu adalah proses mempengaruhi, tapi ternyata hegemoni adalah kekuasaan ya.
    Menurut kelompok, butuh berapa lama terjadinya proses hegemoni hingga berhasil dan apakah hegemoni tidak bisa dilakukan oleh kelompok kecil terhadap kelompok besar meski dalam waktu lama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rina Rahmawati
      A1B110002

      Maaf sebelumnya disini saya bukan menjawab pertanyaan dari Rizky Setiawan, melainkan mengemukakan pendapat sekaligus ada sedkit pertnyaan yang masih saya kurang mengerti.

      Menurut saya, secara tidak langsung hegemoni itu ya mempengaruhi, hanya kata asalnya saja berasal dari kata hegeisthai (Yunani) yang berarti kekuasaan. Seperti yang ditulis kelompok bahwa Hegemoni dapat didefinisikan sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense). Dari pengertian tersebut saya menarik kesimpulan bahwa hegemoni itu mempengaruhi namun dengan cara yang tidak disadari oleh orang lain. Sesuai dengan pernyataan kelompok” Disinilah hegemoni bekerja merubah pola pikir kita tanpa kita sadari.”
      Tolong di benarkan jika pendapat saya diatas ada kekeliruan. Sebab saya sendiri masih belum mengerti dengan hegemoni ini.
      Jadi pertanyaan untuk kelompok, hegemoni itu sendiri berkaitan dengan kekuasaan atau mempengaruhi sesorang?
      Lalu selanjutnya yang masih membingungkan untuk saya, apakah wacana dominan yang merupakan hegemoni? Ataukah wacana dominan yang itu hanya sebagai alat untuk menghegemoni?
      Tolong dijelaskan lagi ya,terimakasih.

      Hapus
    2. Terimakasih atas pertanyaanya Rizky dan tanggapan Rina, ya memang benar hegemoni memiliki arti kekuasaan yang bearasal dari bahasa Yunani: ἡγεμονία: ēugemonía yang pada awalnya merujuk pada dominasi (kepemimpinan) suatu negaraYunani sebagai negara maju terhadap negara berkembang, sehingga negara menjadi dominasi negara terhadap negara lain. Negara Yunani dapat mempengaruhi karena dia negara maju (disinilah letak kekuasaannya). Namun ini termasuk dalam hegemoni negara. Kalau yang kita bahas hegemoni wacana maka letak kekuasaannya dapat kita lihat pada siapa yang mendominasi sebuah wacana tersebut. Ketika pihak A mendominasi maka apa yang disampaikannya akan diterima begitu saja dan dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar. Mengenai berapa lama proses penghegemonian, menurut kami tergantung pada si penerima wacana. Ada yang langsung menerima dengan apa yang disampaikan sebuah wacana, ada juga yang menerima setelah berangsur-angsur wacana tersebut dia dengar atau baca. Menurut kami, karena Gramsci menyebutkan bahwa hegemoni yang dimaksudkannya adalah hegemoni tanpa adanya dominasi kelas. Maka kelompok kecil dapat menghegemoni ketika mereka mampu mendominasi sebuah wacana. Walau hal ini jarang, karena media massa lebih tertarik untuk mendominasi pihak kelas atas atau besar.

      Hapus
    3. maaf sebelumnya untuk kelompok, pertanyaan saya belum ditanggapi mengenai, apakah wacana dominan yang beredar dan mempengaruhi masyrakat itulah yang dimaksud dengan hegemoni? sebenarnya bentuk hegemoni itu seperti apa?

      Hapus
    4. Oh,iya terimakasih Rina, sebenarnya wacana dominan yang digunakan sebagai alat untuk menghegemoni. Bentuk hegemoni itu sendiri adalah upaya memasukkan suatu pikiran atau ideologi oleh kelompok yang dominan dalammenyuarakan kepentingannya dan berusaha agar kelas lain turut serta berpartisipasi dengan sukarela, atau tanpa mereka sadari (menerima begitu saja).

      Hapus
  2. Ahdiar Rahmat
    NIM A1B110011

    Media massa merupakan alat untuk melakukan hagemoni politik, ekonomi ataupun ideologi. Sekarang zaman sosial media (facebook, twitter), apakah sosial media bisa melakukan hagemoni layaknya media massa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA: MULIANI RAHMAH
      NIM: A1B110048

      Sosial media seperti (fb dan twitter) juga dapat melakukan hegemoni. contohnya seperti kata-kata Mario Teguh, promosi produk, dan gosip yang diposting penulis di sosial media tersebut. Secara tidak sadar pembaca akan terpengaruh. misalnya ada orang yang sedang sedihlalu dia membaca kata-kata bijak Mario teguh di Fb dia akan terpengaruh dan dia berhenti sedih. Ada seorang perempuan yang ingin memutihkan wajahnya, dia melihat ada promosi produk pemutih wajah di fb lalu dia baca khasiat dari produk tersebut, sehingga ia terpengaruh untuk memesan secara online produk tersebut.

      Hapus
    2. Terimakasih Ahdiar atas pertanyaannya dan tanggapan Muliani rahmah, ya memang benar media sosial dapat menjadi media untuk melakukan proses hegemoni. Apalagi media sosial milik pribadi sangat besar kemungkinan untuk mendominasi dirinya sendiri. Pokoknya ketika menerima apa yang didektekan-dektekan seseorang sebagai hal yang wajar maka disitulah proses hegemoni.
      Contoh yang sangat dekat, saat ini Bapak SBY memiliki twitter yang menurut kami mendominasi diri beliau.

      Contoh tweet yang kami ambil contoh:
      Investor ingin tidak ada hambatan. Saya katakan, kerja sama harus sehat dan adil. Rakyat Indonesia harus menikmatinya. *SBY*
      Disini kalau kita beranggapan bahwa Pak SBY peduli dengan rakyat, bersikap adil, dan memperjuangkan hak rakyat. Berarti kita terhegemoni, tetapi kita tidak menerimanya maka berarti kita tidak terhegemoni terhadap wacana beliau yang seakan-akan pro rakyat. Padahal kenyataanya kita sebagai rakyat saja harus mengalami kenaikkan harga BBM. Apakah ini yang dinamakan rakyat juga harus menikmatinya.

      Hapus
  3. Nama : Mahdalena
    Nim: A1B110003
    Saya ingin bertanya, apakah saat kampanye pada pemilihan umum itu termasuk hegemoni?
    jika termasuk, hegemoni dalam bentuk apa?
    terimakasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA: MULIANI RAHMAH
      NIM: A1B110048

      jawabannya iya, termasuk hegemoni dalam bidang politik. Karena secara tidak sadar masyarakat terhegemoni kata-kata, janji-janji, visi dan misi yang disampaikan calon pemimpin tersebut. Masyarakat pun akhirnya terpengaruh untuk memilih calon tersebut pada saat pemilu.

      Hapus
    2. Terimakasih atas pertanyaanya dan tanggapan Muliani, ya benar kampanye pada saat pemilu termasuk hegemoni dalam bidang politik. Pada saat kampanye, mereka sangat mendominasi karena mereka sangat berupaya untuk menarik banyak pendukungnya. Ketika kita tidak menyadari bahwa kita membenarkan apa-apa yang didektekannya. Maka, disinilah peran hegemoni berlangsung. Termasuk hegemoni bentuk apa ya tergantung bagaimana cara dia untuk menghegemoni apakah menentang nilai-nilai budaya dan agama atau malah mempertahnkan nilai-nilai budaya dan agama . Contoh: saat ini sedang berlangsung masa kampanye para CAPRES dan CAWAPRES BEM UNLAM. Pada no urut 1 menuliskan dalam kampanye tertulisnya di jejaring sosial bahwa: Membayangkan jika BEM KM Unlam diisi oleh anak-anak rajin ngaji.. Pasti seru, berbarokah, dan bebas dari maksiat (InsyaAllah).. ^_^ Nah, disini terlihat kandidat dengan no urut 1 menghegemoni dalam bentuk tradisi, yang masih memperhankan nilai-nilai agama.

      Hapus
  4. Maulida Astuti
    Nim A1B110023
    Menurut pendapat kalian, hegemoni lebih banyak membawa pengaruh negatif atau positif bagi masyarakat Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya, menurut kami lebih banyak membawa pengaruh negatif, karena hegemoni pada dasarnya memang dilakukan untuk mendominasi suatu ideoligi atau mendektekan ide-ide yang menurut pihak dominasi benar agar diterima masyarakat sebagai hal yang wajar. Sehingga hegemoni dilakukan untuk mencapai tujuan pihak-pihak tertentu.

      Hapus
  5. Hermawati
    A1B110012

    Saya mau bertanya kepada kelompok, tolong berikan contoh hegemoni dan apakah fungsi hegemoni itu ada lagi selain yang dua diatas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas pertanyaannya, mengenai contoh hegemoni saudara dapat melihat kembali pada pembahasan yang telah kami paparkan. Mengenai apakah ada fungsi hegemoni selain dua yang diatas menurut kami itu saja, tapi pada bagian kedua
      " mendominasikan suatu ideologi tanpa ada perlawanan dan tanpa disadari". Bukan hanya ideologi tetapi yang benar: "mendominasikan suatu ideologi atau pemikiran tanpa ada perlawanan dan tanpa disadari".

      Hapus
  6. A. FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)

    Mengenai pembahasan dari kelompok. Saya ingin bertanya beberapa hal yang berkaitan hegemoni.

    1. Apakah hegemoni selalu terjadi kepada orang yang tinggi kekuasannya?
    2. Apakah hegemoni yang dimiliki seseorang itu bisa dikatakan sebagai suatu hipnotis?
    3. Antara gosip dan fakta. Menurut kelompok, dua hal tersebut manakah yang paling besar pengaruh hegemoninya?

    Mohon kelompok atau saudara" menanggapi pertanyaan saya. Kalau bisa berikan sebuah bukti yang nyata. Itu saja, terima kasih.

    BalasHapus
  7. Terimakasih atas pertanyaanya.
    menanggapi pertanyaan no. 1: hegemoni sering kali dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi sehingga dia dapat mendominasi sebuah wacana. Menanggapi pertanyaan no.2: sebelumya kami paparkan pengertian hipnotis. Definisi hipnotis adalah salah satu cabang magic yang digunakan untuk bermain dengan alam bawah sadar manusia. Setelah seseorang memasuki alam bawah sadarnya, kita bisa menanamkan sugesti tertentu dalam pikiran mereka, dan membuat mereka melakukan hal-hal yang kita perintahkan. Berdasarkan pengertian tersebut kami menarik kesimpulan bahwa hegemoni bukanlah hipnotis, karena proses hegemoni tidak bermain dengan alam bawah sadar seseorang dan tidak melakukan hal-hal yang diinginkan oleh pihak dominasi. Hanya sebatas menerima sebagai sesuatu yang benar. Menanggapi pertanyaan no.3: menurut kami yang paling besar pengaruh hegemoninya adalah gosip. Karena pada gosip lebih didramatisir sehingga pihak dominan diterima begitu saja tanpa disadari.

    BalasHapus
  8. adakah hegemoni smartphone dlm pergaulan remaja, sy lihat aplikasi sosmed dan kecanggihan smartphone menarik byk orang untuk secara sukarela membeli, atau mungkin krntdk ingin terpinggirkan dari prrgaulan..trims

    BalasHapus
  9. Menarik melihat konsep Hegemoni dari Gramsci ini. yang saya mau sedikit pertanyakan adalah apakah Hegemoni = Intervensi. pengaruh dan mempengaruhi. Perjelaskan !

    BalasHapus
  10. berdasarkan Teori Hegemoni dan Kontrahegemoni Antonio Gramsci (bagaimana hegemoni bisa terjadi?)

    BalasHapus
  11. saya ingin bertanya apa perbedaan hegomoni dengan dominasi? mohon penjelasannya

    BalasHapus
  12. Bagaimana hegemoni dalam sebuah komunitas bisa terjadi? Adakah bentuk-bentuk dominasi yang mungkin mereka lakukan, misalkan komunitasnya adalah komunitas kursus tanpa ada bayaran, dan dengan menarik perhatian orang lain untuk ikut serta dalam komunitas tersebut apakah itu bsa di katakan sebgai proses hegemoni?

    BalasHapus